Rabu, April 06, 2011

Anak dan bingkai kaca kehidupan

Dalam usia perkembangan anak, usia 3-4 tahun merupakan tahun-tahun awal mereka mengecap pintu pendidikan. usia yang seharusnya mereka bermain dengan senangnya, malah dipaksa untuk belajar membaca, belajar berhitung, bernyanyi dan segala rupa. Memasuki usia 5 tahun mereka memasuki sekolah dasar, yang tentu saja mereka akan berkenalan dengan berbagai macam les-les dan kursus-kursus yang semakin kompleks. 

tidak berhenti disitu saja, memasuki usia 12 tahun mereka masuk usia belia, SMP. Mereka akan mulai berkenalan dengan yang namanya realita sosial. Meraka sudah mengenal lawan jenis. Mereka akan mempelajari berbagai macam mata pelajaran. Usia 15 tahun mereka masuk SMA. Mereka sudah mengenal cinta.

Hampir dalam setiap jenjang usia mereka dihabiskan untuk menghitung sekian banyak rumus-rumus yang didapatkan dari guru mereka. Padahal, anak-anak juga butuh sesuatu yang paling mereka minati. Bermain. Yah, anak-anak punya hak untuk itu. Anak-anak punya hak untuk dapat tumbuh kembang dalam keceriaan yang membuat mereka dapat mengenali dirinya lewat interaksi bersama teman-teman mereka dalam sebuah permainan.
Anak-anak bagaikan berada dalam sebuah bingkai kaca, menghadap jalan lewat jendela didepannya. Mereka ingin lepas dari kungkungan budaya yang selama ini dipegang teguh oleh orang tua. Mereka menganggap bahwa semakin cepat mereka mengenal matematika, bahasa inggris, biologi maka semakin cerdas anaknya kelak.

sungguh ironis, disaat anak ingin bermain otak mereka justru dijejali dengan sesuatu yang membuat otak mereka matang belum pada saatnya. sehingga apa yang terjadi, banyak anak SMP yang sudah mengenal apa itu pacaran. 


Inilah bingkai kaca kehidupan, yang dipaksakan kepada anak......

1 komentar: