Kamis, Oktober 27, 2011

MAJU BOTAK, SI GONDRONG DI BELAKANG DULU!!! PERANG SARAF DIBELAKANG KONFLIK LATEN MAHASISWA


Kampus merupakan sebuah prototipe sebuah lingkungan masyarakat yang lebih besar. Sebuah masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang. Masyarakat kampus yang kemudian disatukan dalam satu universitas kemudian dibagi lagi kedalam berbagai fakultas yang ada, dan didalam fakultas tersebut dibagi lagi kedalam berbagai jurusan berdasarkan pilihan masing-masing mahasiswa sebagai warga masyarakat kampus.
Sangatlah bisa dipahami dalam keanekaragaman mahasiswa dari latar belakang tersebut terjadi konflik-konflik yang berkembang. Latar belakang yang dimaksudkan adalah kondisi eksternal yang bisa memicu terjadinya konflik dalam masyarakat, yaitu SARA. Namun, jika dalam konteks masyarakat kampus penyebab konflik ini bisa saja masalah SARAF. Mengingat permasalahan yang terjadi setiap terjadinya konflik (baca: tawuran) disetiap kampus atau universitas akan berbeda penyebabnya. SARAF merupakan singkatan dari suku, agama, ras dan antar fakultas.
Pasukan garis depan, MABA!

Si gondrong di depan

Terdapat pola-pola tersendiri yang menjadi ciri setiap konflik yang terjadi dalam sebuah institusi pendidikan tinggi. Walaupun pola ini tidak terjadi secara beraturan. Dalam konflik yang terjadi karena masalah suku misalnya, hal yang melatarbelakangi pada awalnya hanya konflik antar individu, yang kemudian meluas menjadi konflik antar suku atau antar daerah. Hal ini sangat serng terjadi mengingat bahwa disekitar wilayah kampus tersebar sekretariat-sekretariat yang mewadahi setiap mahasiswa dari daerah masing-masing atau dikenal dengan nama ORGANDA. Sehingga konflik ini biasanya terjadi diluar lingkungan kampus.

Masalah agama memang jarang menjadi penyebab terjadinya konflik secara luas. Karena masalah agama merupakan hal yang sangat tidak bisa dipertentangkan dalam ranah berfikir intelektual. Namun, jika tampak tanda-tanda bahwa konflikn, yang terjadi adalah masalah agama, sebisa mungkin agar dihentikan secara proaktif sehingga konflik yang terjadi tidak meluas.
Konflik yang terjadi karena faktor ras memang belum terlalu diperhatikan, namun sering juga muncul dipermukaan. Mungkin akan terlihat sama dengan konflik yang didasari masalah suku, tetapi dengan cakupan yang lebih luas. Hal ini biasanya terjadi dalam kampus yang terdapat organisasi kedaerahan yang lebih luas, semacam organda tapi yang bersifat regional.
Yang terakhir adalah konflik yang terjadi karena egoisme antar fakultas, bahkan hal inilah yang paling sering menjadi penyebab konflik dalam kampus. Sebuah anggapan yang terlalu mendewakan kebaikan fakultas masing-masing. Padahal jika ditilik secara saksama, antara fakultas yang satu dengan yang lainnya tidak pantaslah seperti itu karena mereka bernaung dalam sebuah organisasi universitas yang sama. Namun, seiring dengan waktu yang semakin berjalan tanpa henti, konflik yang terjadi kerena faktor ke”aku”an antar fakultas ini masih juga terjadi bagai tak ada titik henti.
Ada hal-hal yang kalau diperhatikan merupakan sebuah ciri mahasiswa yang terlalu meng”aku”kan fakultas masing-masing dan tidak meng-kita-kan sebagai sebuah universitas. Hal-hal itu antara lain:
1.      Format pengkaderan yang tidak padu
2.      Pemakain atribut pengkaderan yang tidak menandakan universitas, melainkan sikap “aku dari fakultas anu”.
3.      Sikap permusuhan antar fakultas yang sudah mengakar, hal ini biasanya diturunkan dari senior ke juniornya.
4.      Tanda-tanda fisik yang membedakan senior-junior seperti cara berpakaian, potongan rambut.
Jika kemudian lahir istilah “maju botak, gondrong di belakang”, sangatlah mungkin karena memang adanya perbedaan secara fisik antara senior dan junior. Dalam hal ini, biasanya mahasiswa yang baru mengenal kampus ini dijadikan sebagai prajurit di garis depan sebuah medan perang dan jenderal perangnya adalah para senior. Salah satu solusi yang mungkin sedikit aneh adalah pemberlakuan secara ketat tentang batas panjang rambut. Sehingga kemudian akan sama panjang rambut antara senior dan junior. Bagaimana gondrong, siap potong rambut??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar