Sebuah bentrokan
yang terjadi dalam sebuah masyarakat bukanlah terjadi tanpa alasan. Termasuk bentokan
antar mahasiswa yang baru-baru saja terjadi di Universitas Hasanuddin. Entah
itu karena alasan ketersinggngan antar mahasiswa baru dari dua kubu yang sedang
bertikai atau peristiwa masa lalu yang sudah mengakar tumbuh kembali menyulut
pertikaian. Dan hanya diperlukan sedikit percikan api masalah untuk memicunya kembali
karena pada dasarnya mereka sudah saling membenci.
Adalah sebuah rahasia umum bahwa setiap tahun
selalu terjadi bentrokan antar mahasiswa di kampus tersebut. Entah itu fakultas
Teknik melawan salah satu fakultas lainnya di Unhas, ataupun Teknik melawan “koalisi”
fakultas yang diserangnya.
Selalu tidak
bisa disimpulkan bahwa siapa yang memulai bentrokan tersebut, tahu-tahu
bentrokan sudah terjadi didepan mata. Sebagai salah satu bagian dari kelompok
mahasiswa yang bertikai, mahasiswa yang merasa terpanggil kemudian bersatu untuk melakukan penyerangan. Sehingga
bentrokan yang terjadi bagaikan sebuah festival yang menjadi tontonan banyak
mahasiswa lainnya yang tidak melibatkan diri secara langsung, namun mengutuk
dalam hati.
Lebih lanjut,
saya akan menyebutnya sebagai “Festival Tahunan Unhas” supaya lebih terdengar
positif. Namun, berbeda dengan festival serupa yang dilakukan diberbagai
belahan dunia festival tahunan unhas ini menggunakan batu sebagai medianya. Ketika
orang-orang dibelahan dunia lain menggunakan festival semacam ini untuk
bersenang-senang, misalnya
festival melempar tomat yang diadakan di spanyol
atau
festival Holi di India, kegiatan seperti ini dilakukan untuk
bersenang-senang. Berbeda sekali dengan festival yang baru-baru ini terjadi di
unhas, dimana melempar batu tujuannya untuk melukai sesame insan akademika.
|
lautan tomat |
|
terjatuh dengan senyum |
|
bersenang-senang |
|
perlengkapan untuk Batu Festival unhas |
|
terjatuh dan pastinya terluka |
|
bahkan satpam-pun turun tangan |
|
lihat senyumnya, beda dengan festival batu unhas! |
|
tersenyum!! |
|
bahkan anak-anak pun ikut, tapi jangan di festival batu unhas! |
Sehingga jika memungkinkan untuk memberikan
sebuah solusi mesipun solusi ini kelihatan konyol, namun semoga dapat
memberikan sebuah inspirasi untuk unhas yang lebih damai. Jika sebuah festival
membutuhkan tempat yang luas, maka lapangan sepak bola unhas dapat digunakan
sebagai medianya. Adapun yang dilemparkan jangan lagi batu, karena jujur saja
pasokan batu untuk tawuran setiap tahun semakin berkurang. Jadi sebagai saran,
gunakan saja air berwarna yang dibungkus dengan plastik sehingga tidak akan
melukai orang yang dikenainya.
Jika pihak
rektorat berkenan, festival ini dapat dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan
Dies Natalis Unhas yang diperingati setiap tahunnya. Peserta festival dapat
diambil dari mahasiswa baru tiap fakultas, selain untuk mengakrabkan mahasiswa
baru dari tiap fakultas yang berbeda, juga untuk mengurangi citra unhas yang
terlanjur buruk atas kejadian ini tiap tahunnya.